Jakarta, Denting.id – Pemerintah Jepang merilis prediksi akan terjadinya gempa dahsyat berkekuatan hingga magnitudo 9,0 di masa mendatang. Berdasarkan laporan yang dikutip dari News Week, Rabu (2/4/2025), gempa tersebut berpeluang terjadi dengan kemungkinan 70 hingga 80 persen dalam kurun waktu 30 tahun ke depan.
Sebagai negara yang berada di jalur Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire, Jepang memang dikenal sebagai salah satu wilayah paling rawan gempa di dunia. Sekitar 81 persen gempa bumi terbesar di dunia terjadi di kawasan ini.
Jepang yang terdiri dari empat pulau utama dan sejumlah pulau kecil lainnya, terletak di pertemuan lima lempeng tektonik besar dan minor. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut secara perlahan menyebabkan aktivitas seismik intens, terutama di sepanjang batas-batas lempeng.
Salah satu area paling rawan adalah Palung Nankai yang berada di lepas pantai selatan Jepang. Palung sepanjang 900 kilometer ini merupakan titik temu tiga lempeng besar—Amur, Okhotsk, dan Laut Filipina—yang terus mengalami tekanan tektonik. Tekanan ini bisa melepaskan energi besar berupa gempa dahsyat dalam siklus 100 hingga 150 tahun.
Menurut laporan dari CNA (31/3/2025), dampak gempa yang diprediksi ini bisa sangat fatal. Sebanyak 298.000 orang diperkirakan akan menjadi korban, termasuk 215.000 jiwa akibat gelombang tsunami yang menyusul. Selain itu, sekitar 1,23 juta orang diperkirakan akan mengungsi, setara dengan 10 persen dari populasi Jepang.
Dampak ekonomi pun tidak kalah mengkhawatirkan. Pemerintah Jepang memperkirakan kerugian bisa mencapai 270,3 triliun yen atau setara Rp 30 kuadriliun, hampir separuh dari total Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.
Jika gempa terjadi pada waktu malam, di musim dingin, dan di dekat permukaan Bumi atau wilayah padat penduduk, kondisi bisa menjadi jauh lebih buruk. Dalam skenario terburuk, bangunan berketahanan rendah akan runtuh dan orang-orang bahkan tak bisa berdiri saat guncangan terjadi.
Menyikapi prediksi tersebut, pemerintah Jepang telah memetakan wilayah rawan gempa dan tsunami sebagai bagian dari langkah mitigasi. Sistem peringatan dini terus dikembangkan, dan infrastruktur publik diperkuat. Sejak tahun lalu, peringatan akan potensi gempa besar di Palung Nankai telah dikeluarkan, mengingat wilayah tersebut terakhir mengalami gempa besar pada 1940-an.
Baca juga : AS Tak Kenakan Tarif pada Rusia, Ini Alasannya
Meskipun Jepang telah banyak berinvestasi dalam sistem peringatan dan kesiapsiagaan bencana, para pejabat menegaskan bahwa langkah-langkah tersebut harus terus ditingkatkan guna mengantisipasi potensi bencana besar yang bisa terjadi sewaktu-waktu.