Denting.id – Achraf Hakimi berdiri di tengah lapangan Allianz Arena, Munich, dengan senyum lebar dan trofi Liga Champions di tangannya. Dalam laga puncak yang bersejarah, Hakimi bukan hanya pencetak gol pembuka kemenangan 5-0 Paris Saint-Germain (PSG) atas Inter Milan, tetapi juga simbol keberhasilan proyek ambisius yang akhirnya membuahkan hasil.
“Sejak saya datang ke klub ini, tujuannya jelas: memenangkan trofi ini – mencatat sejarah,” kata Hakimi kepada Sky Sport, usai laga final pada Minggu (1/6/2025) dini hari WIB. Sebuah pernyataan yang terasa seperti titik puncak dari perjalanan empat tahun penuh determinasi.
PSG Cetak Sejarah, Hakimi Jadi Pionir
PSG akhirnya meraih gelar Liga Champions pertamanya dalam sejarah klub setelah tampil dominan dan membungkam Inter Milan lewat gol-gol dari Hakimi, Desire Doue (2), Khvicha Kvaratskhelia, dan Senny Mayulu. Di malam yang spesial bagi klub ibu kota Prancis itu, Hakimi membuka skor di menit ke-12 dengan penyelesaian klinis yang tak hanya membungkam Inter, tapi juga menegaskan dominasinya sebagai bek sayap modern papan atas.
Tidak ada selebrasi berlebihan. Gestur Hakimi menunjukkan rasa lega dan pemenuhan janji – janji yang ia bawa sejak pindah ke Paris dari Inter pada Juli 2021.
Achraf Hakimi berdiri di tengah lapangan Allianz Arena, Munich, dengan senyum lebar dan trofi Liga Champions di tangannya. Dalam laga puncak yang bersejarah, Hakimi bukan hanya pencetak gol pembuka Inter ke Paris: Jalan Panjang Menuju Puncak
Hakimi digaet PSG dari Inter Milan dengan nilai transfer awal mencapai €60 juta. Kepindahannya kala itu menjadi langkah besar dalam karier sang pemain Maroko, setelah sebelumnya menjuarai Serie A bersama Nerazzurri.
Sejak laga debut di Ligue 1—yang ia tandai dengan gol melawan Troyes—Hakimi menunjukkan bahwa dia bukan sekadar bek biasa. Ia tumbuh jadi pilar penting dalam skuat PSG, menjadi simbol transisi klub dari era “bintang mahal” menuju era kolektivitas dan efektivitas.
Perpanjangan kontraknya hingga 2029 adalah bukti kepercayaan PSG terhadap Hakimi sebagai bagian utama dari proyek jangka panjang.
Final yang Penuh Arti
Bagi Hakimi, menghadapi Inter Milan di partai final punya makna emosional tersendiri. Meski hanya semusim berseragam biru-hitam, pengalaman itu membentuknya. Gol yang ia ciptakan di awal laga tidak hanya meruntuhkan mental mantan klubnya, tetapi juga menandai klimaks dari perjalanan pribadi yang penuh tekad dan evolusi.
Di laga final ini, Hakimi tampil seperti sosok yang sudah ditakdirkan untuk jadi pembeda. Dari sisi kanan lapangan, ia menjadi motor serangan dan benteng pertahanan. Semua yang dicita-citakan saat bergabung dengan PSG akhirnya terwujud.
Pilar Baru dalam Sejarah PSG
Dengan usia yang masih 26 tahun, masa depan Hakimi masih panjang. Namun, namanya kini telah abadi dalam sejarah PSG—bukan hanya sebagai pemain bintang, tetapi sebagai pionir dalam pencapaian tertinggi klub.
Lebih dari sekadar trofi, kemenangan ini adalah konfirmasi bahwa Hakimi dan PSG telah menapaki jalan yang benar. Setelah bertahun-tahun membangun dengan penuh ekspektasi, mereka akhirnya mewujudkan impian terbesar.
Baca juga : Hakimi Puji Dumfries namun Sebut Peran Wing-Back Inter Milan “Lebih Mudah”
Dan seperti kata Hakimi, ini mungkin bukan akhir cerita – melainkan awal dari sesuatu yang lebih besar.