denting.id – Kekerasan seksual, khususnya di era digital, tak bisa lagi dianggap sebagai isu yang cukup ditangani oleh sekolah atau pemerintah saja. Menurut psikolog klinis Ratih Ibrahim, langkah pencegahan harus dimulai dari rumah—dengan keterlibatan aktif orang tua dalam membangun komunikasi dan literasi digital yang sehat bagi anak.
Ratih menjelaskan bahwa kerja sama lintas sektor sangat penting dalam upaya memberantas kekerasan seksual terhadap anak. “Dimulai dari rumah, orang tua perlu menjadi tempat yang aman bagi anak untuk bercerita. Komunikasi yang terbuka dan suportif sangat krusial,” ujar psikolog lulusan Universitas Indonesia itu.
Orang tua juga berperan penting dalam mendampingi anak menghadapi dunia digital. Edukasi mengenai konten apa yang pantas dibagikan, serta bagaimana menjaga privasi di media sosial, harus menjadi bagian dari keseharian keluarga.
Ratih juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menguatkan sistem perlindungan anak secara digital. Ini bisa melalui regulasi konten, percepatan penanganan kasus, serta pengembangan platform pelaporan yang mudah diakses masyarakat.
Di ranah pendidikan, sekolah diharapkan tak hanya fokus pada prestasi akademik, tetapi juga menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman. “Sekolah bisa mulai menyusun kurikulum pendidikan seksual berbasis usia dan mengintegrasikan pelatihan literasi digital yang aman,” ujarnya.
Tak kalah penting, institusi pendidikan juga perlu menyediakan sistem pelaporan internal yang melindungi identitas korban dan mendorong respons cepat terhadap kasus kekerasan.
Dalam hal penanganan kasus, Ratih mengingatkan agar masyarakat selalu berpihak pada korban. “Hal pertama saat melihat konten kekerasan seksual anak di media sosial adalah berhenti menyebarkannya. Jaga privasi korban, simpan bukti, dan segera laporkan ke pihak berwenang,” tegasnya.
Upaya melindungi anak dari kekerasan seksual adalah tanggung jawab bersama dimulai dari kesadaran individu hingga kolaborasi komunitas, demi menciptakan ruang tumbuh yang aman bagi generasi masa depan.
Baca juga : Bukan Sekadar Duduk: 6 Jurus Sehat bagi Pejuang Meja Kantor