Kasus Pemerasan Polisi Indonesia terhadap Warga Malaysia di Djakarta Warehouse Project (DWP) Jadi Sorotan Media Malaysia

Jakarta, Denting.id – Kasus dugaan pemerasan yang melibatkan polisi Indonesia terhadap warga negara Malaysia saat menonton acara Djakarta Warehouse Project (DWP)pada 13 hingga 15 Desember lalu kini menjadi perhatian sejumlah media Malaysia.

Baca juga : Jembatan Angke V Pererat Solidaritas dan Tingkatkan Ekonomi Warga Depok dan Bogor

Kantor berita BERNAMA, dalam artikelnya berjudul “45 Malaysians Allegedly Extorted at Jakarta DWP Concert, Indonesian Police”, melaporkan bahwa sebanyak 45 warga Malaysia menjadi korban pemerasan saat menonton konser DWP di Jakarta. Media tersebut mengungkapkan, jumlah uang yang diduga diperoleh oknum polisi Indonesia mencapai Rp2,5 miliar.

Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri, Inspektur Jenderal Abdul Karim, mengonfirmasi bahwa barang bukti yang diamankan terkait pemerasan ini bernilai Rp2,5 miliar, sebagaimana dilaporkan oleh BERNAMA pada Rabu (25/12).

BERNAMA juga menambahkan, sebanyak 18 oknum polisi Indonesia telah ditahan karena diduga terlibat dalam pemerasan terhadap penonton Malaysia. “Pada Sabtu, polisi Indonesia menahan 18 personel yang terlibat dalam pemerasan terhadap warga Malaysia di konser DWP yang berlangsung di Kemayoran, Jakarta Utara,” tulis BERNAMA.

Selain BERNAMA, media Malaysia lainnya, The Star, turut memberitakan kasus ini. Dalam laporannya, The Star mengungkapkan kronologi kejadian pemerasan. Menurut laporan, sejumlah oknum polisi Indonesia awalnya meminta beberapa warga Malaysia untuk mendatangi lokasi di samping panggung acara. Di sana, mereka diminta menyerahkan paspor dan kemudian dipaksa untuk memberikan sejumlah uang sebagai “tebusan” untuk mengambil paspor yang telah disita.

Sumber di The Star mengutip pernyataan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Trunoyudo Wisnu Andiko, yang menyatakan bahwa pemerasan ini terjadi ketika teman-teman korban terpaksa menyerahkan uang untuk mendapatkan kembali paspor mereka yang telah diambil.

Selain mengkritik tindakan pemerasan ini, The Star menilai bahwa peristiwa tersebut telah mencoreng citra aparat keamanan Indonesia di mata dunia internasional.

Pengalaman buruk yang dialami oleh sejumlah warga Malaysia di DWP 2024 juga viral di media sosial. Beberapa korban mengungkapkan pengalaman mereka, dengan salah satu netizen menyebutkan bahwa lebih dari 400 orang Malaysia mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan ini. “Keamanan, uang, dan waktu kami benar-benar habis! Budaya dan tempat belanja negara kalian memang yang terbaik bagi kami, tapi tidak dengan korupsinya,” tulis salah satu pengguna media sosial.

Menanggapi kasus ini, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengungkapkan bahwa ada dua klaster pelaku dalam aksi pemerasan terhadap penonton DWP asal Malaysia. Komisioner Kompolnas, Chairul Anam, menjelaskan bahwa klaster pertama merupakan pihak yang memberi perintah untuk melakukan pemerasan, sedangkan klaster kedua terdiri dari para pelaku yang melaksanakan tindakan pemerasan di lapangan.

Sebagai respons terhadap kasus ini, Polri telah melakukan mutasi terhadap 34 anggotanya yang diduga terlibat dalam pemerasan terhadap penonton DWP.

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *